Malam
itu aku persiapkan segala sesuatunya hanya untukmu, dihari ulang tahunmu. Sederhana
memang, tapi aku berharap itu berkesan bukan cuma sekedar “berharga”.
Berhasil
dan sesuai dengan rencana. Walau ada hal yang mengganjal. Sama seperti
biasanya, tidak ada senyum “special” yg mengembang sekedar menggambarkan bahwa
itu sangat berharga. Apa mungkin hadiah itu tidak sesuai dengan yang dia
harapkan.
Dan
suasana malam itu menjadi sedikit berubah, walaupun sedikit terobati dari
ucapan terima kasih beserta senyum dan kecupan mesra nya.
Ini
yang sampai dengan kesekian bulan kebersamaan kita belum benar-benar aku
pahami. Aku akan sangat mengejutkan di saat-saat tertentu dan akan sangat acuh
di waktu yang sebenarnya tak butuh acuh. Jika ini kontes tahan-tahanan, mungkin
aku sudah gubakan berbagai macam pilihan bantuan untuk setidaknya menenangkan
hatiku agar tidak tersulut emosi.
Dan
ini diperparah dengan adanya pesan ucapan selamat ualng tahun dari orang di
masa lalu mu yang mungkin pernah sangat berarti, dengan panggilan kesayangannya
untukmu. Bukan kesalahanmu memang, dan km menanggapinya biasa saja tapi cukup
mengusik hatiku yang masih tidak nyaman dengan kejadian malam itu.
Pilihan
pertama yang ada, yaitu marah. Lalu dengan perasaan cemburu, aku berusaha
bersikap biasa walaupun tidak bisa bohong ada yang mengganjal. Berulang kali
kamu bertanya tapi aku tidak punya cukup keberanian untuk mengungkapkannya. Aku
sadar bahwa yang kamu butuhkan saat ini bukan keluh kesah atau protesku. Kamu
sedang mengejar impianmu dan aku sedang membatasi diri utk tidak selalu
menyulitkanmu dengan hal sama yang kamu benci. Sekalipun kamu selalu menuntuk
keterbukaan tapi ada masa dimana memang aku harus diam dan menahannya karena
mungkin hanya aku yg merasakan tapi tidak denganmu. Yang jika mungkin aku katakana
akan merubah pandangamu tentang aku dan merusak konsentrasi tentang impianmu.
Aku
hanya berharap kebaikan Tuhan, bahwa apa yang membuatku tidak nyaman ini akan
berbalik menjadi nayama suatu saat nanti. Tidak ada pilihan lain selain
menebalkan kesabaran dan pengertianku untuk dia yang sedang bertumbuh. Seperti janjiku
dalam tulisan sebelumnya, aku hanya ingin memastikan kamu selalu baik-baik
saja. Dan setidaknya aku tidak menjadi catatan harian kelam jika kamu “besar”
nanti.
“Kebahagiaan
itu kita yang tentukan. Maksimalkan kebaikan, minimalkan kesalahan. Susah
memang tapi serahkan semuanya pada Tuhan, semua akan baik menurut waktu Nya”